Patrick Piet Hernusi

Posted: Wednesday, November 30, 2011 | Posted by Albertus Prawata | Labels:



Patrick Piet Hernusi

Pekerjaan/profesi:
Knowledge and Information Management Assistant for the United Nations

Passion: People. Family and Friendship. Rumahku adalah keluargaku dan kawan-kawan dekatku. Mereka adalah orang-orang yang sangat melekat di hati. Saya juga senang bertemu dengan orang-orang baru, menjalin persahatan yang baik dan belajar dari mereka. Banyak kala keluarga dan kawan-kawan dekat saya lah yang sering memberi saya inspirasi, penghiburan, segalam macam bantuan dan makna. Dengan mereka pula saya banyak tumbuh dan berkembang. Sebaliknya saya juga berusaha menjadi/membawa makna dalam hidup mereka. Saya kutip Thomas Aquinas yang pernah berkata, "There is nothing on this earth more to be prized than true friendship." Dan di dalam keluarga saya pun ada persahabatan yang erat dan sejati!

Catholic Spirituality. Saya dibesarkan secara Katolik Kristen. Dengan segala macam kekurangan saya, saya mengerti dan percaya bahwa, pedoman, nilai-nilai, serta iman dan kepercayaan yang hidup di dalam spiritualitas Katolik adalah sumber harapan dan kekuatan bagi diri saya sehari-hari.

Photography. Saya mulai jatuh cinta dengan fotografi dimulai dari sahabat dekat saya dulu. Dalam dunia fotografi saya dapat menemukan ruang untuk berkreasi/berseni, mengapresiasi kehidupan di sekitar saya dan menyimpan segala macam kenangan/memori. Kerap kali saya anggap hasil-hasil foto saya adalah sebuah ungkapan/ekspresi dari diri saya sendiri. Apa yang saya dapat tangkap dari suatu kejadian, situasi, suasana, tempat dan orang-orang.

Academia. Saya selalu menganggap bahwa untuk selamanya saya adalah seorang murid yang terus bertekun untuk belajar sesuatu yang baru. Konsep universitas, komunitas pelajar atau praktisi di dalam sebuah forum adalah sumber pengetahuan yang begitu aktif dan menurut saya banyak menantang saya untuk menjadi kreatif dan menuangkan ide-ide baru. Dialog dan diskusi pun selain dapat menghasilkan ide juga dapat menanam/menuai persahabatan.

Humanitarian and Economic Development. Sejak lima tahun terakhir saya telah aktif bergerak dalam bidang humanitarian dan economic development. Keadaaan dunia yang banyak mencekam dan mengancam kehidupan orang-orang membuat saya terpacu untuk berkontribusi dalam membawa bantuan. Sebelum aktif di bidang penanganan bencana (emergency response) saya sempat juga terjun membantu proyek pengembangan ekonomi di daerah-daerah miskin/terpencil seperti di Afghanistan, Afrika Selatan dan Bosnia Herzegovina. Suatu hari saya bertekad untuk membawa makna serupa dan membangun daerah-daerah di Indonesia.

Perubahan: Sangatlah menarik pada saat saya berulang-ulang kali berpikir jawaban apa yang kira-kira bisa saya kemukakan/utarakan sejujur dan seakurat mungkin untuk 365. Pertanyaan ini terus terang di mata saya adalah pertanyaan yang sangat tajam merangsang introspeksi diri. Saya malah sempat tergoda untuk mengubah diri saya terlebih dahulu sebelum memberikan jawaban supaya sesuai dengan berbagai banyak macam aspirasi/keinginan/tuntutan/pandangan orang lain mengenai apa yang dianggap baik atau dapat dibanggakan serta dikagumi. Tapi pada akhirnya saya sadar bahwa justru saya baru saja melakukan semacam perubahan. Hanya, yang saya lakukan, menurut saya susah juga untuk diberikan label sebagai perubahan sepenuhnya. Karena, yang telah saya lakukan lebih mengarah kepada suatu pengembalian diri ('self restoration').

Beberapa waktu yang lalu ini saya menghadapi suatu tantangan yang cukup sulit. Situasi/kendala tersebut malah sempat mengubah pribadi saya untuk menjadi bukan citra diri saya sendiri. Alhasilnya, saya sempat menjauh dari keluarga dan kawan-kawan. Saya terperangkap di gejolak tantangan, kesusahan, dan masalah-masalah yang dialami. Malah ada beberapa orang yang secara langsung sempat mengungkapan bahwa mereka kehilangan saya dan saya sungguh telah berubah.

Kecewa dan terluka karena apa yang terjadi, saya lalu mulai bertanya lagi siapa kah diri saya ini sebenarnya.

Saya pikirkan baik-baik apa yang kira-kira keluarga dan kawan-kawan dekat nilai dari siapa seorang Patrick ini. Saya juga mengingat yang pernah mereka utarakan secara langsung mengenai apa yang mereka cintai dari diri saya. Terlebih saya juga mengingat apa yang sungguh-sungguh saya cintai dari diri saya sendiri.

Saya adalah seorang penggembira. Suka tertawa dan membuat banyak lelucon. Saya juga bisa agak aneh tidak jelas. Saya suka bergaul/bersahabat. Saya adalah seorang pemikir. Saya punya banyak visi dan ide-ide. Saya suka banyak bermimpi, berimajinasi dan bercita-cita. Saya adalah orang yang berpengharapan. Saya mencintai keluarga dan kawan-kawan serta ingin membuat mereka bangga. Saya mau membantu banyak orang. Saya mau memuliakan Tuhan. Saya adalah orang yang dengan apa adanya mau menjadi makna.

Inilah hasil introspeksi saya yang membantu mengembalikan saya menjadi diri saya sendiri. Akhir-akhir ini saya dapat melangkah dengan penuh kebebasan/kemerdekaan karena menyadari ini semua. Hal inilah yang membantu saya untuk lebih berbahagia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, penuh pengharapan, walaupun dengan segala macam tantangannya. Disini saya merasa lebih hidup!

Hal lain yang ingin disampaikan: Jangan pernah kehilangan jati dirimu. Kita banyak terpaku oleh dunia punya tuntutan/pandangan, tanpa benar-benar atau secara jujur bertanya dan mengenali diri kita sendiri. Siapakah aku?

Kita bisa mencintai orang lain atau sesuatu dan berubah karenanya. Tapi sebelum seseorang dapat dengan bebas atau lebih berleluasa mencintai sesamanya, ia harus tidak lepas dan semurninya mengerti serta mencintai siapa dirinya sendiri. Apa adanya.

Kalau Soekarno dulu pernah berkata "Capailah cita-citamu setinggi langit!" Yang juga tidak lepas dari ini perkataan ini menurut saya adalah aspirasi dalam ungkapan "Jadilah makna untuk dirimu sendiri dan sesamamu!"

Dan lebih sempurna lagi dikatakan oleh tokoh yang menurut saya adalah orang terkuat. Ia bersabda, "Jadilah terang dan garam dunia!" Ini dimulai dari diri kita sendiri. Siapa kamu, keindahan dan keunikan dalam dirimu yang kerap kali/tidak disangka-sangka justru malah amat sederhana -- justru itulah harta karunmu. Jangatlah takut mencintai dan menghidupi jati dirimu.

Saya ingat kejadian di masa remaja saya. Pada saat saya tinggal di St. Petersburg, Russia. Kami sekeluarga sedang makan di satu restoran. Dan seorang ibu-ibu masuk, mengemis minta uang atau makanan. Ibu dan bapakku yang tersentuh dan memandang dengan penuh belas kasihan menyuruhku untuk memberikan dua potong ayam dan kentang goreng untuknya. Dengan canggungnya aku datang ke ibu itu dan memberikan makanan yang tersedia.

Sekejap ibu-ibu itu melonjak kegirangan dan berteriak terima kasih, serta memeluk dan menciumku. Sangat kakulah dan tercenganglah saya. Tetapi di akhir hari itu saya menyadari, senyuman ibu itu yang begitu besar dan gemilang dengan sederhananya membawa makna dalam diriku. Selamanya aku tidak akan melupakan pengalaman itu dan juga senyum bahagia ibu tersebut.

0 comments:

Post a Comment