Ariani Mandala

Posted: Sunday, June 20, 2010 | Posted by Albertus Prawata | Labels:



Ariani Mandala
but people call me Siesie (or Sisi, or Sissy). Kalau ditanya darimana nama panggilannya, jujur saya juga tidak tahu, sudah dari kecil begitu. Mama dan Papa juga kalau saya tanya hanya menjawab “iya darimana ya? mungkin dari nama babtis, Teresia, jadi Tere-Resi-Sia-Sisi; masuk akal kan?” Hahaha. Oleh karena itu, setiap orang yang bertanya asal nama panggilan, saya jawab saja it’s a Chinese name. Problem solved.

Pekerjaan/profesi: Saat ini saya jobless 1 bulan . Bulan sebelumnya, saya bekerja di perusahaan lighting di Jakarta sebagai lighting designer. Setelah 2 tahun, saya kembali ke kota Bandung sebagai staff pengajar jurusan arsitektur Unpar mulai bulan depan. (*Sekarang Siesie sudah resmi menjadi staff pengajar jurusan arsitektur Unpar, Bandung. Selamat!)

Passion: Dari dulu saya suka dengan banyak hal. Not sure it’s a blessing or a curse. Karenanya, saya sulit untuk fokus kepada satu hal. Namun setelah beberapa tahun belakangan ini menggeluti bidang desain lighting, saya semakin mencintai dunia ini. Setelah terjun dalam beberapa proyek, saya merasakan betapa masyarakat Indonesia masih kurang memahami pentingnya lighting dalam sebuah perencanaan desain. Umumnya lighting dikerjakan jauh dibelakang, sehingga kurang ter-eksplore dan dapat menjadi hambatan pada akhirnya. Atas dasar sederhana itulah saya memutuskan untuk membawa pendidikan mengenai lighting masuk ke dunia arsitektur. Untuk itu rasanya dengan menjadi tenaga pengajar merupakan langkah awal yang tepat.
Selain itu, passion saya yang lainnya adalah tari. Ini lebih kepada hobi. Meskipun sudah lama absen kegiatan menari dengan alasan keterbatasan waktu, saya tetap semangat untuk memulainya kembali. Mungkin dalam waktu dekat saya akan menyalurkan hobi ini lagi. Sepertinya sedang ingin mencoba tari tradisional, ada referensi?

Perubahan: I’ve made mistakes, dan butuh waktu yang lama untuk menyadari bahwa making mistakes is a part of being human. Saya pernah mengecewakan banyak orang dan meskipun orang lain telah memaafkan rasanya sangat sulit untuk berdamai dengan diri sendiri. Berusaha untuk lebih santai dalam menjalani hidup, tidak melihat ke belakang dan fokus pada masa depan merupakan cara saya untuk menghadapinya. Seperti kata kungfu panda, "yesterday is a history, tomorrow is a mystery, but today is a gift, that’s why it is called the present ."

Hal lain yang ingin disampaikan: If Earth's population was shrunk into a village of just 100 people with all the human ratios existing in the world still remaining - what would this tiny, diverse village look like? That's exactly what Philip M. Harter, a medical doctor at the Stanford University School of Medicine, attempted to figure out. This is what he found.

89 would be heterosexual
11 would be homosexual
6 people would possess 59 percent of the entire world's wealth, and all 6 would be from the United States.
50 would live in sub-standard housing
70 would be unable to read
50 would suffer from malnutrition
1 would be near death
1 would be pregnant
1 would have a college education
1 would own a computer

Think of it this way. If you live in a good home, have plenty to eat and can read, you are a member of a very select group. And if you have a good house, food, can read and have a computer, you are among the very elite.
If you hold up your head with a smile on your face and are truly thankful, you are blessed because the majority can, but most do not.
If you can hold someone's hand, hug them or even touch them on shoulder, you are blessed because you can offer healing touch.
You are luckier than you think. Have a good day.

0 comments:

Post a Comment